Sabtu, 16 April 2011

Epidemiologi (3)

Hal yang sangat memprihatinkan, hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2003, dengan menggunakan ukuran Beck Depression Inventory (BDI) diperoleh data prevalensi depresi para tahanan/NAPI Rumah Tahanan Kelas I di Surakarta adalah 69,9%; adapun derajatnya untuk tingkat ringan sebanyak 26,9%, tingkat sedang sebanyak 29,0% dan tingkat berat sebanyak 14% (Eddyanto dkk., 2003). 

Kamis, 31 Maret 2011

Epidemiologi (2)

Penelitian yang dilakukan di negara-negara Barat menunjukkan insidensi depresi yang bervariasi antara 33 – 350 per 100.000 penduduk. Sedangkan di Asia insidensi depresi menunjukkan angka 20 – 690 per 100.000 penduduk. Di Amerika Serikat 6 – 8 % pasien yang datang berobat ke fasilitas kesehatan menderita depresi. Saat ini depresi memang masih merupakan suatu fenomena gunung es, di mana hanya 12 –15 orang per 1000 pasien yang mengeluh dengan keluhan depresi (Setyonegoro, 1981 cit., Hawari, 2002).

Rangkuman dari referensi utama psikiatri Kaplan dan Sadock’s Comprehensivee Textbook of Psychiatry menyebutkan bahwa prevalensi seumur hidup dan sepanjang tahun dari depresi unipolar adalah 20-25% dan 10-15%, secara berturut-turut (Rihmer dan Angst, 2005). Organisasi Kesehatan se-Dunia (WHO, 1974) menyebutkan angka 17% pasien-pasien yang berobat ke dokter adalah pasien dengan depresi; dan selanjutnya diperkirakan prevalensi depresi pada populasi masyarakat dunia adalah 3%. Angka-angka ini semakin bertambah untuk masa-masa mendatang yang disebabkan karena beberapa hal (Hawari, 2002), antara lain: (1) usia harapan hidup semakin bertambah; (2) stresor biopsikososial semakin berat; (3) berbagai penyakit kronik semakin bertambah; dan (4) kehidupan beragama semakin ditinggalkan.

Pengamatan dari waktu ke waktu kasus-kasus gangguan kejiwaan yang tergolong kecemasan dan depresi semakin bertambah. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan jumlah kunjungan pasien yang berobat di pusat-pusat pelayanan kesehatan jiwa dan juga yang berobat ke dokter/psikiater. Kenaikan jumlah pasien dengan kecemasan dan/atau depresi dapat juga dilihat dari kenaikan obat-obat psikofarmaka (obat anti cemas dan anti depresi) yang diresepkan oleh para dokter (Hawari, 2002).

Selasa, 29 Maret 2011

Epidemiologi (1)

Penelitian-penelitian komunitas diketahui angka prevalensi rata-rata antara 5 dan 20%. Sekitar 10% dari penduduk umur lebih dari 65 tahun mengalami sekali episode depresi berat pada satu saat. Insidensi depresi lebih tinggi pada wanita dan di perkotaan dibanding di pedesaan (Green dan Dowrick, 2003). 

Hasil penelitian (Kielholz dan Poldinger, 1974 cit., Hawari, 2002) menujukkan bahwa 10% dari pasien yang berobat ke dokter adalah pasien depresi yang separuhnya dengan depresi terselubung (mask depression). Depresi terselubung adalah salah satu bentuk depresi dengan gejala-gejala yang muncul ke permukaan berupa keluhan-keluhan fisik (somatik).

Jumat, 25 Maret 2011

Depresi & Penyakit Jantung

Suatu penelitian terhadap 5.007 wanita dan 2.889 pria menemukan bahwa wanita yang depresi memiliki risiko terkena penyakit jantung 73% lebih besar ketimbang wanita yang tidak depresi – dan bahwa pria yang depresi berpeluang 71% lebih besar terkena penyakit jantung ketimbang pria yang tidak depresi. Kendati risiko meninggal akibat penyakit jantung terhadap wanita yang depresi tidak meningkat, pria yang depresi memiliki peluang 2,3 kali lebih besar untuk meninggal akibat penyakit ini ketimbang pria yang tidak depresi. Penelitian lain menunjukkan bahwa depresi yang bekepanjangan adalah predikotor kuat bagi terjadinya serangan jantung untuk kedua kali.

Depresi dan penyakit jantung memiliki hubungan timbal balik. Depresi bukan meningkatkan, tetapi juga merupakan hasil dari serangan jantung. Bagi sepertiga orang , depresi itu mengikuti suatu serangan jantung. Terlepas dari Anda mengalami serangan jantung atau tidak, jika Anda merasa depresi, segera beritahu dokter Anda. Depresi dapat diobati dengan antidepresan, terapi psikososial, atau keduanya. Menangani depresi dapat membuat Anda merasa lebih baik, dan sejumlah penelitian sedang dilakukan untuk melihat apakah pengobatan yang efektif terhadap depresi mampu mencegah atau memperbaiki masalah jantung atau memperpanjang usia.

Suatu penelitian dari Kanada menunjukkan bahwa dukungan sosial yang kuat melemahkan hubungan antara depresi dan risiko kematian pasca-serangan jantung. Tampaknya, ikatan sosial mengurangi risiko kematian dengan membantu meredakan depresi. Namun, manfaat lainnya bisa saja murni bersifat praktis: Orang yang menerima dukungan sosial yang kuat akan memiliki banyak teman dan kerabat untuk member mereka semangat untuk berobat, berolahraga, dan menurunkan berat badan.

Kamis, 24 Maret 2011

Depresi, Penyebab Kematian ke-6 di USA

Gangguan depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang utama dewasa ini. Hal ini amat penting karena orang dengan depresi produktivitasnya akan menurun dan ini amat buruk akibatnya bagi suatu masyarakat, bangsa dan negara yang sedang membangun. Orang yang mengalami depresi adalah orang yang amat menderita. Depresi adalah penyebab utama tindakan bunuh diri, tindakan ini menduduki urutan ke-6 dari penyebab kematian utama di Amerika Serikat (Hawari, 2002).